LUKISAN JANTUNG
kepada suramadu
mengubur kalah:
mungkin dengan lelapan; atau berlari ke arah
gang-gang menuju rumahmu ––agar sampai
isyaratku ke ujung kiri rambut di lehermu
batu dan bambu menunggu angin;
dan getar perasaan yang pernah jadi milikku:
adalah sandiwara kupu-kupu; siang dan malam
yang menggelayut di pundakku
disaat debu mematung;
maut dan kamar berdegup hari lain
kunang-kunang tidur;
bermimpi selat dan besi yang berat
saat jantungku dalam pelukmu makin berujung;
ia hampir sama dengan siasat
(siasat waktu yang
melirikkan lagu; kisah hujan
yang menerpa batu; di kemiringan belas kasih
hidup yang baru)
seperti kecemasan dan hati-hati; seperti jalan
benderang dari buah sayang; seperti kesadaran
yang terbang menjulang—orang-orang melayang-
layang
: dan kau; dan ilalang; sama-sama memanjang
[Bangkalan, Juni 2010]